Wacana mengenai cadangan Bitcoin kembali mencuat di tengah geliat transformasi ekonomi Indonesia. Sejak Daya Anagata Nusantara (Danantara)—kerangka strategis ekonomi digital dan teknologi nasional—disahkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Meskipun masih sebatas spekulasi, sejumlah sinyal mulai bermunculan. Salah satunya datang dari Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, yang membuka peluang bagi koperasi desa untuk berinvestasi dalam aset digital seperti Bitcoin.
Dalam sebuah forum, Ferry menekankan pentingnya transformasi kopdes agar tidak hanya mandiri secara finansial, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan era digital. Menurutnya, investasi Bitcoin bisa menjadi bagian dari strategi tersebut.
Investasi Bitcoin untuk Desa
Dilansir dari laporan Detik Finance pada Senin (23/6/2025), Ferry Juliantono meminta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) untuk membina pengurus kopdes. Tujuannya agar mereka mampu menjalankan bisnis secara modern, termasuk menjajaki peluang investasi Bitcoin.
Kementerian Koperasi sendiri telah merampungkan pembentukan 80 ribu badan koperasi melalui program Kopdes Merah Putih, yang ditargetkan mulai beroperasi serentak pada Oktober mendatang.
Setiap koperasi desa atau kelurahan akan mendapatkan plafon dana antara Rp3 miliar hingga Rp5 miliar, dengan kebebasan mengembangkan usaha berbasis potensi lokal—mulai dari peternakan, kerajinan, hingga sektor digital.
“Koperasi desa-kelurahan ini menjadi sangat menarik untuk dipikirkan bagaimana proses konektivitas dan digitalisasinya, dan bisa jadi dengan Bitcoin. Dengan platform yang disediakan oleh pemerintah, Rp3 miliar sampai dengan Rp5 miliar per koperasi desa,” ujar Ferry.
Potensi Perputaran Dana Triliunan Rupiah
Ferry menyebut program Kopdes Merah Putih berpotensi menjadi penggerak utama ekonomi, dengan dana dari bank-bank Himbara melalui BUMN yang bisa mencapai Rp400 triliun. Jika dikelola optimal, dana ini diyakini mampu mendorong perputaran ekonomi lokal.
“Itu kira-kira Rp250 triliun sampai Rp400 triliun uang dari bank-bank Himbara yang ada, dimiliki di Kementerian BUMN itu, meluncur ke desa-desa. Dan kalau itu bisa di leverage bahasa orang bisnisnya, itu akan terjadi perputaran uang yang luar biasa,” ucap Ferry.
Ia menambahkan, program ini diproyeksikan menyerap hingga 1,6 juta tenaga kerja, dan juga bisa mengurangi arus urbanisasi karena anak muda tidak perlu lagi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Di sinilah investasi Bitcoin hadir sebagai strategi alternatif bagi koperasi. Ferry secara terbuka menyebut bahwa keuntungan koperasi, jika dikapitalisasi dengan cermat, dapat ditempatkan dalam instrumen digital seperti mata uang kripto.
“Kalau bisa di dikapitalisasi, kita terbuka, apalagi Bitcoin. Nanti kalau misalkan keuntungan dari koperasi desa ini besar secara akumulatif, bisa ditaruh, ditempatkan di investasi, di Bitcoin, kan lumayan luar biasa,” tambahnya.
Cikal Bakal Cadangan Bitcoin Nasional?
Meski masih wacana, arah kebijakan ini menunjukkan bahwa Indonesia mulai menjajaki pendekatan baru dalam ekonomi digital. Dengan Danantara sebagai landasan dan koperasi desa sebagai langkah awal, gagasan cadangan Bitcoin nasional kini tampak lebih nyata dan terukur.
Pendekatan bertahap yang berakar pada komunitas ini dapat menjadi pintu masuk menuju pemanfaatan aset digital secara lebih luas dan terstruktur. Jika dijalankan secara konsisten, Indonesia berpeluang menempatkan diri di antara negara besar lain yang mulai aktif mengadopsi kripto sebagai bagian dari strategi ekonomi masa depan. [dp]